Kenali Lebih Dekat Sifilis, Infeksi Menular Seksual yang Akibatkan Komplikasi

SANGALU—Yuk lebih waspada. Baru-baru ini Kementerian Kesehatan merilis data peningkatan kasus HIV dan sifilis.

dr. Arthur. S, SpKK, FINSDV—akrab disapa Dokter Arthur—spesialis kulit dan kelamin melalui akun Instagram miliknya, menyebut, dalam lima tahun terakhir yakni 2016-2022 terjadi peningkatan kasus sifilis.

Sifilis atau lebih dikenal dengan nama penyakit raja singa, masuk kategori infeksi menular seksual. Penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi jangka panjang, jika tidak segera diobati.

Dokter Arthur, mengatakan, kasus sifilis meningkat 70 persen, dari 12 ribu kasus menjadi hampir 21 ribu kasus.

 Baca Juga: Bupati Banggai Buka O2SN SD dan SMP, Ini Harapannya Kepada Pendamping Atlet Pelajar

Pada perempuan atau ibu hamil, kata Dokter Arthur, kasus sifilis bisa menular ke janin.

Dari 5 juta kehamilan, hanya 25 persen yang diskrining sifilis.

Sementara 60 persen ibu hamil penderita sifilis tidak mendapatkan pengobatan karena stigma dan rasa malu.

“Yang suka bikin rancu karena gejala sifilis itu variatif (bisa beda-beda tiap orang) dan tahapan perkembangannya ngga selalu urut,” jelas Dokter Arthur di akun Instagram miliknya.

Baca Juga: NGERI! Polres Banggai Amankan Sabu 95,98 Gram, Dua Pelaku Ditangkap

Salah satu alasan sifilis tidak terdeteksi, karena pada awal masa infeksi ada kemungkinan tidak merasakan gejala apa-apa selama bertahun-tahun.

Pada umumnya, gejala awal munculnya luka di sekitar alat kelamin.

“Tapi ga sakit, sehingga ga terlalu diurus,” kata Dokter Arthur.

Lama kelamaan muncul kelainan kulit di bagian-bagian tubuh, seperti telapak tangan dan telapak kaki.